Anies Baswedan maju lagi di pilgub Jakarta. Kali ini, Anies akan diusung oleh PKS, Nasdem dan PKB. Tiga partai yang juga mengusung Anies di pilpres pebruari 2024 kemarin. Kabarnya, PDIP juga akan ikut mengusung Anies. Komunikasi dan penjajagan sedang intens dilakukan.
Di Jakarta, PKS mendapatkan 18 kursi. PKB mendapat 10 kursi. Dan Nasdem dapat 11 kursi. Total ada 39 kursi dari total 106 kursi di DPRD Jakarta. Kalau ditambah PDIP, maka menjadi 54 kursi. PDIP memperoleh 15 kursi di Jakarta. Total, lebih dari setengah kursi di DPRD Jakarta.
Kabarnya, partai pengusung Anies sepakat untuk memberikan jatah cawagub kepada PKS, sebagai partai pemenang yang mendapatkan suara dan kursi terbanyak di pileg Jakarta. Komposisi ini proporsional dan normal.
Sudah menjadi ciri khas PKS, selalu menjaga dan mengedepankan aspirasi dari konstituennya. Inilah ýang membuat PKS cukup stabil perolehan suaranya, bahkan cenderung menguat dari satu pemilu ke pemilu berikutnya. Beda dengan PPP, misalnya. Dua kali kontra pendukung, akhirnya PPP tersingkir juga dari Senayan. Sementara PAN, masih bisa bertahan dengan caleg-caleg populer dan kekuatan logistik. PAN jauh lebih piawai dari PPP dalam menghadapi dinamika politiknya.
Hasil survei, para pemilih PKS Jakarta menghendaki partai yang dipimpin Ahmad Saekhu ini mendukung kembali Anies Baswedan untuk maju di pilgub Jakarta. Padahal, dengan perolehan suara 18 kursi, PKS leluasa untuk mengajukan kader sendiri. Cukup mencari tambahan 4 kursi, PKS bisa menyiapkan kadernya untuk menjadi cagub. 4 kursi itu mudah. Tawarkan cawagub, kelar.
Anies Baswedan beruntung mendapat dukungan PKS. Tanpa “kelegowoan” PKS, karir Anies boleh jadi akan tamat setelah pilpres. Kader bukan, tapi terus mendapatkan dukungan. Tiga kali. Pilgub 2017, pilpres 2024 dan kali ini akan diusung kembali di pilgub Jakarta 2024. Dalam konteks ini, Anies beruntung. Bahasa etikanya: “Anies banyak berutang budi terhadap PKS”.
Komentar