oleh

KOTA TUHAN

-OPINI-215 Dilihat

Di dalam lembar-lembar City of God, Agustinus membongkar kesalahan Roma. Mereka tidak jatuh karena mereka meninggalkan dewa-dewa mereka—karena sejak awal, dewa-dewa itu tidak pernah bisa menyelamatkan mereka.

Roma jatuh karena kesombongannya.

Roma percaya bahwa ia tak terkalahkan, bahwa kekuasaannya akan bertahan selamanya. Namun, setiap kerajaan yang dibangun atas dasar keangkuhan akan jatuh pada akhirnya. “Jangan salahkan Kekristenan,” tulis Agustinus. “Salahkan diri kalian sendiri. Sebab, jika kalian menaruh harapan pada dunia ini, kalian pasti akan kecewa.

Baca Juga  Tunjangan Perumahan DPRD DKI 70,4 juta, Aman !

Dalam lembar-lembar terakhir bukunya, Agustinus berbicara tentang akhir zaman. Kota Dunia akan terus ada, terus berkembang, tetapi pada akhirnya, ia akan menghadapi penghakiman terakhir.

Saat itu, semua manusia akan dipisahkan: mereka yang memilih Kota Dunia akan dihukum, sedangkan mereka yang memilih Kota Allah akan memasuki Kerajaan Tuhan yang kekal.

Dan di sanalah, Kota Allah akan mencapai puncak kejayaannya. Tidak lagi ada perang, kejahatan, atau penderitaan. Hanya ada kasih, damai, dan persekutuan abadi dengan Tuhan.

Baca Juga  MEMBACA (BAHASA) DI BULAN BAHASA

–000–

Pelajaran Apa dari City of God ?

Saat Agustinus menutup bukunya, ia meninggalkan pesan bagi semua orang yang membaca :

1.Jangan menaruh harapan pada kerajaan dunia ini.

Roma telah jatuh, dan begitu juga semua kekaisaran lain. Hanya Tuhan yang abadi.
Sejarah buk an milik manusia, tetapi milik Tuhan.

2. Segala sesuatu terjadi dalam rencana-Nya.
Pilihlah Kota Allah, bukan Kota Dunia.

3.Jangan tertipu oleh kemuliaan duniawi. Kejayaan sejati adalah bersama Tuhan.

City of God bukan sekadar buku sejarah atau filsafat. Ia adalah sebuah undangan.

Baca Juga  POLISI BERMARTABAT

Agustinus mengajak kita untuk bertanya kepada diri sendiri: Di kota mana kita tinggal? Kota Dunia yang penuh kemegahan tetapi rapuh, atau Kota Allah yang mungkin tersembunyi tetapi kekal?

Roma telah jatuh, tetapi pertarungan antara dua kota ini masih berlangsung hingga hari ini. Dan setiap hari, kita dipanggil untuk memilih—apakah kita akan hidup untuk dunia ini, atau untuk Allah? (***)

Cinere, 12 Oktober 2025.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *