“Dengan segala keterbatasan, kita harus berinvestasi pada sumber daya manusia. Ini penting untuk jangka panjang demi mewujudkan generasi emas 2045,” ujar Rizal dengan nada tegas namun penuh keyakinan.
Ia menilai, perpustakaan memiliki peran strategis sebagai pusat literasi dan transformasi pengetahuan, bukan sekadar tempat penyimpanan buku. Karena itu, pustakawan perlu mendapat penguatan kapasitas dan sertifikasi kompetensi, agar mampu menjadi agen perubahan dalam meningkatkan kualitas literasi masyarakat.
“Pustakawan bukan hanya penjaga buku, mereka adalah penggerak pengetahuan. Di era digital seperti sekarang, pustakawan dituntut adaptif, kreatif, dan mampu membangun budaya baca baru yang relevan dengan tantangan zaman,” jelasnya.
Dorong Gerakan Literasi Kolaboratif
Lebih jauh, Rizal berharap kegiatan ini menjadi awal lahirnya gerakan literasi kolaboratif di Ternate, yang melibatkan pemerintah, perguruan tinggi, dan sektor swasta seperti Gramedia. Ia meyakini bahwa kolaborasi lintas sektor adalah kunci untuk membangun ekosistem pengetahuan yang berkelanjutan.
“Kita ingin agar literasi bukan sekadar slogan, tetapi menjadi gerakan sosial yang tumbuh di tengah masyarakat. Pustakawan, dosen, mahasiswa, hingga komunitas literasi harus bergerak bersama,” tegasnya.
Komentar