oleh

Vampir Tambang Vs Ekonomi Prabowo untuk Ekonomi Kepulauan

-OPINI-122 Dilihat

Vampir Ekonomi, sebuah Ekstraksi Tanpa Transmisi. Istilah “Vampir Ekonomi” yang dilontarkan Presiden Prabowo menemukan relevansinya di Malut. Mesin smelter dan HPAL berdiri di Halmahera dan Obi, hutan dibabat, tanah digali, laut tercemar. Ekspor melonjak, tetapi rakyat di pulau-pulau kecil masih membayar beras, gula, dan minyak dengan harga dua sampai tiga kali lipat dari Jawa.

Fenomena ini adalah ekonomi enclave:
• Ekstraksi berjalan masif untuk memenuhi pasar global.
• Transmisi ke masyarakat lokal sangat terbatas.
Masyarakat Malut hanya jadi penonton, sementara SDA mengalir ke luar negeri. Kaya di neraca ekspor, miskin di kantong rakyat.
Negara Kepulauan dari 6.000 pulau berpenghuni, bagaiaman membangun Indonesia sebagai negara kepualaun bukan negara kontinental. Maluku Utara menjadi miniatur dari Archipelago State paling konkret bagaimana tantangan ekonomi kepulauan harus ditangani.
• 64 pulau berpenghuni di Malut: menghadapi logistik mahal, transportasi terbatas, layanan dasar minim.
• 7 pulau layak huni: memiliki potensi pengembangan ekonomi skala menengah, tetapi masih terkendala akses dan infrastruktur.
• 23 pulau satu desa satu pulau: hidup dalam keterisolasian, dengan karakter ekonomi subsisten.
Di pulau-pulau ini, pertumbuhan ekonomi 193% ekspor vs PDRB tidak terasa. Anak-anak masih sekolah seadanya, nelayan sulit menjual ikan karena biaya logistik, dan perempuan desa harus menunggu kapal bahan pokok sebulan sekali.
Inilah realitas yang kerap terlewat dalam teori ekonomi kontinental. Kebijakan trickle-down yang hanya mengandalkan pusat pertumbuhan tidak cocok untuk negara kepulauan.

Baca Juga  PURBAYA

MBG dan KMP: Jalan Rekonstruksi. Dua program awal Presiden Prabowo bisa dibaca sebagai strategi korektif terhadap paradoks vampir ekonomi.
Makan Bergizi Gratis (BGN), Bukan sekadar program gizi, tetapi juga instrumen ekonomi kepulauan. Dengan menyediakan bahan pangan lokal untuk sekolah-sekolah, program ini bisa menciptakan rantai pasok baru di pulau-pulau kecil. Nelayan, petani kelapa, cengkeh, pala bisa menjadi pemasok.

Baca Juga  WAJAH PETANI SURAM, DITENGAH PESTA TAMBANG TIONGKOK

Koperasi Merah Putih (KMP), Sebuah model ekonomi kolektif yang bisa menjembatani produksi rakyat di pulau kecil dengan pasar nasional dan KMP bisa menjadi kanal distribusi, mengurangi biaya logistik, dan memperkuat daya tawar masyarakat kecil terhadap industri besar.
MBG dan KMP, bila dijalankan konsisten, dapat menjadi alat rekonstruksi dari ekonomi enclave menuju ekonomi kepulauan yang inklusif.

Baca Juga  Program Linkage Perbankan, Solusi Pembiayaan Koperasi Merah Putih (KMP)

Pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo berencana menggelontorkan Rp200 triliun dari Saldo Anggaran Lebih (SAL) sebagai stimulus fiskal. Strategi ini bukan sekadar pengeluaran ekstra, melainkan bagian dari upaya counter-cyclical untuk memperkuat daya tahan ekonomi nasional. Dengan memanfaatkan akumulasi SAL, negara dapat menginjeksikan dana segar tanpa harus menambah utang baru, sekaligus menjaga kesinambungan fiskal. Tujuannya jelas: mendorong roda ekonomi bergerak melalui dua jalur utama, yakni investasi produktif dan penguatan konsumsi masyarakat.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *