oleh

TAK PUPUS DIRUNDUNG IRONI

-OPINI-150 Dilihat

Kenyataannya, pertumbuhan kresdit merosot cukup dalam sehingga biaya dana (cost of fund) bank meningkat. Kebijakan menaikkan bunga untuk deposito valas justru mendepresiasi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang memukul industri dalam negeri, yang mengandalkan impor bahan baku dari luar negeri.

Inflasi meningkat sehingga kelas menengah bawah makin terjerembab. SMI memang sudah usang, tapi Purbaya menghadirkan bahaya lebih besar. Memang kita mudah terperdaya janji keajaiban calon pemimpin. Jokowi merintis jalan menuju orang nomor satu melalui cerita ajaib bahwa ia membuat mobil Esemka.

Baca Juga  Testimoni : MEMBACA "SEJENAK HENING" DALAM LENSA AKADEMISI, AGAMAWAN, MOTIVATOR KOLUMNIS DAN JURNALIS

Di saat rakyat sedang susah, ethos Ratu Adil memang laku dijual. Maraknya judi online tak bisa dipisahkan dari kesengasraan rakyat oleh deprivasi hak-hak hidup layak mereka, yang lalu dimanfaatkan kekuatan jahat untuk mengisap darah rakyat melalui judi. Judi adalah jalan irrasional untuk membebaskan diri dari penindasan.

Diangkatnya Muhammad Qodari sebagai Kepala Staf Presiden merupakan ironi lain dari pemerintahan Prabowo, yang bercita-cita mengkonsolidasikan sistem demokrasi yang telah dijungkirbalikkan Jokowi. Qodari adalah kacung Jokowi. Dialah orang pertama, pada 2021, yang mengusulkan Jokowi tiga periode.

Baca Juga  Program Linkage Perbankan, Solusi Pembiayaan Koperasi Merah Putih (KMP)

Tiga tahun kemudian, menjelang pilpres, ia memasangkan Jokowi-Prabowo. Langkah-langkah tidak senonoh ini jelas merusak konstitusionalisme yang dianut Republik ini. Artinya, ia tidak menghargai demokrasi. Ironisnya lagi, ia memprotes pengangkatan Purbaya sebagai Menkeu untuk digantikan Maruarar Sirait.

Kendati Purbaya mengecewakan kita, mungkinkah Ara – panggilan akrab Maruarar – menyulap negeri ini menjadi lebih baik? Ara adalah sarjana S1 ilmu politik Universitas Katolik Parahayangan, Bandung. Karier politiknya dimulai pada 1999 dengan bergabung dengan PDI-P. Sejak itu sampai 2019 ia berada di Senayan mewakili PDI-P di Komisi XI membidangi Keuangan, Perencanaan Pembangunan, dan Perbankan.

Baca Juga  80 Tahun Merdeka “Indeks Kemerdekaan Pulau”

Menjelang pilpres 2024 ia keluar dari partai yang telah membesarkan namanya dan bergabung dengan Partai Gerindra. Alasannya, sebagaimana pengakuannya, ia mengikuti jejak Jokowi. Kini, ia menjabat Menteri Perumahan dan Kawasan Pemukiman, yang berjanji akan membangun 3 juta rumah rakyat per tahun mulai 25 September 2025.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *