Karena itu, keberhasilan manajemen talenta bukan hanya ditentukan oleh aplikasi, melainkan oleh komitmen moral dan integritas pimpinan daerah. Jika meritokrasi benar-benar dijalankan, maka ke depan birokrasi Malut akan lebih kompetitif, transparan, dan profesional. Tetapi jika tidak, manajemen talenta hanya akan menjadi topeng baru bagi praktik lama: nepotisme, kompromi politik, dan bagi-bagi jabatan.
Tantangan ini kini ada di tangan Gubernur Sherly Tjoanda Laos. Publik menunggu bukti nyata: apakah ia konsisten menjadikan manajemen talenta sebagai reformasi birokrasi yang sesungguhnya, atau sekadar jargon indah di atas panggung seremonial !
Komentar