– Regenerasi berbasis kapasitas: Regenerasi bukan hanya soal usia, melainkan kualitas kepemimpinan. Kongres harus memprioritaskan program pendidikan kader, pelatihan advokasi, manajemen organisasi, dan literasi politik bagi anggota muda.
– Program yang relevan dan berkelanjutan: Agenda organisasi harus berorientasi pada isu nyata masyarakat Sula, memperjuangkan akses pendidikan, memperkuat jaringan diaspora pelajar-mahasiswa, serta berkontribusi pada pembangunan lokal melalui riset, advokasi, dan kerja sama dengan pemangku kepentingan daerah.
– Sinergi lintas generasi: Senior memiliki pengalaman historis dan jaringan; generasi muda membawa energi dan inovasi. Kongres mesti merumuskan mekanisme kesinambungan yang menghargai kedua dimensi ini, misalnya peran mentor, dewan penasihat, dan struktur kepengurusan yang memberi ruang keputusan pada kaum muda.
– Keberlanjutan finansial dan akuntabilitas: Persiapan anggaran sudah menjadi perhatian dalam pertemuan Nukila. Namun perlu ada rencana pendanaan jangka panjang yang transparan dan etis, agar kegiatan organisasi tidak bergantung pada inisiatif ad-hoc semata.
Nukila Agreement memberi harapan: ada niat bersama untuk menyelamatkan sebuah rumah kolektif. Namun niat tanpa rancangan pelaksanaan yang matang berisiko pupus oleh dinamika internal dan eksternal. Kongres 28 Oktober harus dimanfaatkan untuk menyusun peta jalan kebangkitan HPMS dari tata kelola hingga program kerja agar organisasi ini kembali menjadi wadah pembelajaran, ruang berproses, dan motor penggerak perubahan sosial di Kepulauan Sula.
Komentar