Tantangan dan catatan kritis
Meski penuh potensi, inisiatif ini tidak tanpa risiko. Pertama, ada kemungkinan kegiatan ini memantik emosional kepentingan politik yang bernuansa sosial-politik sebagai tandingan menjadi sekadar seremoni yang potensial merusak kohesi sosial yang terajut sebaliknya tanpa perbaikan substansial dalam tata kerja.
Kedua, fokus pada kegiatan tertentu, misalnya olahraga, harus diimbangi program penguatan kapasitas kelembagaan seperti pelatihan kepemimpinan, manajemen konflik, dan sistem komunikasi antardinas.
Rekomendasi untuk memastikan warisan.
Agar gagasan “perkuat silaturahmi” menjadi warisan nyata bagi sejarah, budaya, dan pemerintahan Kota Ternate, beberapa langkah perlu dipertimbangkan:
– Institusionalisasi: Jadikan program penguatan relasi internal bagian dari strategi SDM, dengan indikator kinerja yang terukur (mis. tingkat koordinasi antar-OPD, kepuasan masyarakat).
– Diversifikasi kegiatan: Selain olahraga, kembangkan forum dialog antar-pegawai, lokakarya kolaborasi lintas sektor, dan program mentoring untuk menyalurkan energi bersinergi ke ranah profesional.
– Evaluasi berkala: Lakukan evaluasi dampak kegiatan terhadap kinerja layanan publik dan iklim kerja organisasi.
– Keterbukaan publik: Libatkan masyarakat dalam beberapa agenda agar sinergi ASN juga tercermin dalam kepercayaan publik.
Penutup
Perkuat silaturahmi ala Rizal Marsaoly, Sekda Kota Ternate yang digaungkan menjelang HUT RI ke-80 di Kota Ternate adalah inisiatif yang tepat waktu dan berpotensi tinggi. Bila diterjemahkan ke dalam kebijakan dan praktik yang sistematis, gagasan ini bukan hanya mempererat hubungan antar-ASN tetapi juga memperkuat kapasitas pemerintahan untuk menghadapi agenda besar seperti JKPI 2026.
Komentar