oleh

Play Victim, Mendesain “Kebohongan”, Strategi Politik Ampuh Meraih Simpati

-HEADLINE-1195 Dilihat

Dikutip dari artikel “Mengenak Play Victim, Pengertian, Ciri dan Penyebabnya, bahwa Playing victim adalah kondisi yang terjadi saat seseorang merasa dirinya merupakan korban, dan menyalahkan orang lain atas masalah yang terjadi pada hidupnya.”

Istilah playing victim adalah kondisi saat seseorang selalu merasa menjadi korban dalam situasi apa pun. Hal ini bisa terjadi karena mentalitasnya atau ada orang lain yang ingin ia salahkan.

Kata playing victim muncul ketika seseorang merasa terdesak dengan tekanan yang signifikan. Alhasil, pola pikir ‘seolah korban’ ini muncul untuk membantu membentengi diri dari kesalahan yang mungkin ia lakukan.

Playing victim ketika seseorang merasa menderita akan suatu hal, meskipun bukti menunjukkan sebaliknya. Mereka juga merasa tidak memiliki kendali atas apa yang terjadi pada dirinya.

Baca Juga  Al-Qasam Kasuba, Anggota DPR RI Komisi VII : Komisi VII Mendukung Penanganan Overtourism Ke Bali

Playing victim adalah masalah kesehatan mentalyang berdampak pada hubungan, pekerjaan, dan kesehatan. Pola pikirnya berkembang sebagai mekanisme penanganan pengalaman traumatis sebelumnya.

Playing victim biasanya terjadi pada beberapa kondisi:

  • Mengalami berbagai situasi di mana pengidap tidak memiliki kendali.
  • Memiliki rasa sakit emosional berkelanjutan yang mengarah pada ketidakberdayaan diri.
  • Mengalami pengkhianatan yang dilakukan oleh orang terdekat.

Playing victim atau ‘mentalitas sebagai korban’ biasanya muncul pada pengidap gangguan penggunaan alkohol atau narkoba. Di sini, pengidap merasa terjerumus karena orang lain atau lingkungannya.

Baca Juga  Menanti Putusan MUI Polemik RL, Begini Harapan Aktivis Islam dan Ulama

Terdapat beberapa ciri-ciri orang yang memiliki karakteristik playing victim, antara lain:

1. Tanda-tanda perilaku

  • Sering menyalahkan orang lain ketika terjadi kesalahan.
  • Mengalami kesulitan mengambil tanggung jawab pribadi karena takut salah atau disalahkan.
  • Terlalu kritis terhadap diri sendiri atau orang lain.
  • Hanya bergaul dengan orang-orang sepemikiran.

2. Tanda-tanda mental dan kognitif

  • Melihat dunia tidak adil atau tidak aman bagi dirinya.
  • Distorsi kognitif, yaitu cara pikir yang cenderung tidak akurat atau merubah informasi sesuai dengan pemahaman subjektif.
  • Pola pikir yang merugikan atau pesimisme.
  • Merenungkan kesalahan dan rasa sakit dari masa lalu.
  • Pikiran untuk menyakiti diri sendiri atau bunuh diri.
Baca Juga  Sering Mangkir Dari Agenda Strategis Dengan DPRD, Malik Ibrahim : Gubernur Sherly Tjoanda tak Hargai DPRD

3. Tanda-tanda hubungan

  • Kesulitan dengan keintiman dan kepercayaan.
  • Memiliki empati yang terbatas terhadap orang lain.
  • Kesulitan menerima kritik yang membangun.

4. Tanda-tanda emosional

  • Kecemasan.
  • Depresi.
  • Merasa tidak diperhatikan.
  • Rendah diri.
  • Merasakan kebencian orang lain.
  • Isolasi sosial.

5. Sabotase diri sendiri

Orang yang hidup dengan mentalitas playing victim mungkin akan melakukan sabotase diri dengan pemikiran:

  • “Segala sesuatu yang buruk hanya terjadi padaku.”
  • “Aku tidak bisa berbuat apapun, jadi, mengapa harus mencobanya?”
  • “Aku pantas menerima segala hal buruk yang menimpaku.”
  • “Tidak ada satupun orang yang peduli padaku.”

Rekomendasi.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *