oleh

Gaji UMR dan Gaya Hidup FOMO: Cermin Keuangan Gen Z di Usia Dua Puluh

-HEADLINE-482 Dilihat

Ternate, 6 Juli 2025 — Dalam rangka memperingati 17 tahun berdirinya Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Khairun (Unkhair), Himpunan Mahasiswa Prodi Akuntansi (HIMAPRO-AK) menyelenggarakan *Accounting Week Fast 2025*. Sebuah ajang refleksi akademik dan sosial yang menghadirkan dua pembicara dengan perspektif tajam: Mukhtar Adam dan Firman Rato Risky. Acara ini berlangsung di Halaman Rektorat Unkhair, dihadiri langsung oleh Rektor, Dekan, Ketua Ikatan Akuntan Indonesia, serta Ketua Jurusan Akuntansi.

Baca Juga  TM dan Tema Besar Kepemimpinan Kemajuan Desa di Maluku Utara

Dengan tema “Gaji UMR vs Gaya Hidup FOMO: Tantangan Pengelolaan Keuangan Generasi Muda” diskusi berjalan dinamis dan penuh energi. Isu yang diangkat bukan sekadar soal uang, tetapi tentang identitas, eksistensi, dan cara generasi muda menyikapi tekanan sosial yang terus tumbuh di tengah arus digitalisasi.

Mukhtar Adam, dosen senior akuntansi, membuka sesi dengan menggarisbawahi dilema yang kerap dialami Gen Z: penghasilan minim namun tuntutan gaya hidup maksimal. Di usia dua puluhan, banyak mahasiswa dan fresh graduate yang sudah harus menghadapi kenyataan bahwa gaji UMR sering kali tidak mampu mengimbangi gaya hidup yang dipicu oleh budaya FOMO (fear of missing out).

Baca Juga  Ulasan Dapur Redaksi ! Lemah Syahwat Politik Deprov Malut Dihadapan Gubernur Cantik

“Tekanan untuk selalu tampil keren, ikut tren, atau sekadar ngopi di tempat kekinian bisa menjadi jebakan psikologis. Ini bukan soal kebutuhan hidup, tapi soal pengakuan sosial,” ujar Mukhtar. Ia menyebut fenomena ini sebagai kontradiksi modern: kebutuhan dasar dipenuhi sekadarnya, sementara keinginan untuk diterima di lingkungan justru mendorong konsumsi impulsif. Banyak anak muda mulai bergantung pada skema paylater atau pinjaman digital, yang justru menggiring mereka pada siklus keuangan yang tidak sehat.

Baca Juga  Izzuddin Al-Qasam Kasuba Aksi Kemanusian Untuk Korban Banjir

Dari sisi ekonomi makro, Mukhtar menyoroti bahwa rendahnya daya beli generasi muda tidak hanya berdampak pada kondisi dompet pribadi, tetapi juga pada produktivitas nasional. Sebuah bangsa yang dihuni oleh generasi dengan kebiasaan konsumsi berlebihan namun minim tabungan dan investasi, berisiko mengalami stagnasi ekonomi jangka panjang.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *