Sesungguhnya Allah SWT tidak menggengam ilmu dengan sekali pencabutan, mencabutnya dari para hamba-Nya. Namun Dia menggengam ilmu dengan mewafatkan para ulama. Sehingga, jika tidak disisakan seorang ulama, manusia merujuk kepada orang-orang bodoh. Mereka bertanya, maka mereka (orang-orang bodoh) itu berfatwa tanpa ilmu. Maka mereka tersesat dan menyesatkan.” (HR Al Bukhari nomor 98).
Kutipan diatas adalah hadits Nabi Sallahualaihi Wasallam yang sengaja saya kutip sebagai spirit dasar opini ini.
Sebagai sosok ulama, wafatnya KH.Ghani Kasuba seperti umumnya kematian para ulama dalam pandangan Islam, mempunyai arti yang sangat berarti dan krusial. Kematian ulama bahkan disebutkan Rasulullah SAW sebagai awal tercerabutnya ilmu di muka bumi.
Kematian ulama oleh Rasulullah SAW bahkan dipandang sebagai tanda akhir jaman atau semakin dekatnya hari kiamat.Kehidupan Masyarakat tanpa ulama berbanding lurus dengan kemerosotan ilmu dan akhlak menandai gejala dekatnya hari kiamat.
Oleh Muh. Hanafi, SS, M.Si ( Analis Pembinaan Umat pada Seksi Penerangan Agama Islam Dan Sistem Informasi ) Alim Ulama dengan ilmunya itu ibarat cahaya yang mampu memberikan manfaat penerangan bagi setiap insan. Ilmu adalah aset untuk meraih kebahagiaan dunia akhirat.
Seorang ulama adalah sandaran umat, harapan umat sebagai tempat meminta nasehat dan petunjuk. Wafatnya para ulama adalah musibah. Ketika para ulama sudah tidak ada, siapa yang kemudian akan menjadi panutan umat?
KH.Ghani Kasuba adalah sosok alim ulama besar Malut yang mengisi kehidupan sosial keagamaan masyarakat Maluku utara selama kurang lebih setengah abad memberikan pesan kuat akan kehilangan yang amat dalam.Dia ikut menandai sejarah perkembangan sosial khususnya Islam di Maluku Utara.Puluhan lembaga pendidikan dibawah payung yayasan Nurul Hasan didirikan Ustadz Ghani Kasuba telah menghasilkan puluhan ribu SDM yang unggul ilmu dan taqwa bakal menjadi lentera umat dari kegelapan ilmu.Begitu besar perannya sebagai ulama, tentu kepergian abadinya berdanpak krusial bagi kehidupan umat.
Mulai hadir sebagai dai di Maluku Utara sejak tahun 1970 an, salah putra terbaik abna Alkhaerat ini mewarnai panggung dakwah Islam di Maluku utara hingga memasuki era milenium di tahun 2000 an.Dia lah dai produk Alkhaerat yang menjadi idola dan kebanggan serta inspirator umat muslim Maluku utara.Suaranya yang khas lantang namun mendayu amat membekas dibenak publik muslim.
Jejak Ustadz Ghani meninggalkan legacy berharga namun juga membawa nilai yang tak ternilai harganya.
Eksistensinya sebagai ulama hakikinya ulama warasatulanbiya yang senantiasa berada ditengah umat yang membutuhkan ilmu, inspirasi dan kedermawanan.Seiring kepulangannya, Umat takan lagi melihat satu-satu ulama dan Kiyai kebanggaan umat putra asli Maluku utara, umat kehilangan salah sosok ulama pengayom bagi kaum emak-emak, janda miskin dan anak yatim piatu, abna Alkhaerat pada husunya dan mahasiswa malut pada umumnya, umat tak lagi mendengar suara lantang dai kondang asli malut berkelas nasional di podium-podium ceramah hikmah nujul Quran dan maulid nabi.Umat kehilangan sosok ulama dan umara yang senantiasa risau dengan nasib umat akan agamanya.
Eksistensinya sebagai pemimpin mengingatkan kita pada kepemimpinan profetik yang dipraktekan para ulama terdahulu.Demikian kepergian abadinya membuat rakyat Malut kehilangan sosok pemimpin merakyat, santun dan pengayom yang menyapa rakyat dengan penuh penghormatan, kasih sayang dan jauh dari kesan egoisme, protokoler yang kaku dan ketat.”Maaan, Om Haji ….., sapaan yang masih mengiang sejak kepergia abadinya”
Betapa Orang tua jompo, janda-janda miskin, anak yatim sangat kehilangan sosok pemimpin yang peduli pada kehidupan mereka.Di bulan suci Ramdan dan jelang lebaran Idul fitri ini, mereka pasti merasakan kehilangan yang amat dalam akan sosok pemimpin yang care pada kehidupan mereka.”Olo mana tu daftar orang tua miskin, janda dan anak yatim” begitu ketika jelang puasa dan lebaran.
Komentar