Sore yang mendung, kala itu jumat 19 April 2024, tepatnya di area pemakaman Sandiego Hill Karawang (Jawa Barat), usai pemakaman mertua saya (alm.Rini Murniasih).Tiba-tiba sesosok lelaki berpakain putih menghampiri saya dan berbisik “Ustadz.. Ngori (saya) mau maju jadi Calon Wakil Gubernur”. Setengah terkejut saya merespon “ ah..gahi sedu ifa wa (jangan kelakar) tarada !”. Sambil tersenyum Ia jawab “Tara basedu..Ustadz MK minta saya dampingi Beliau”. Oh begitu ee…demikian reaksi datar saya. Dan lelaki itu tak lain adalah Basri Salama, Sang Cawagub Ustadz MK saat ini.
Reaksi datar saya ini tidak bermakna tak setuju atau meremehkan Basri Salama, Saya tahu kapasitasnya. Ini soal usianya yang masih terbilang muda bahkan “terlalu muda”menurut saya utuk ukuran Pilgub Maluku Utara. Saya membayangkan jika Basri Salama disanding dengan tokoh-tokoh Cagub yang sudah beredar di publik, posisinya ibarat “Sang anak dengan Sang bapak” misalnya disanding dengan Dr. Muhammad Kasuba, Ali Ibrahim dan “Jou Ou” H. HusainSyah Alting. Jika disanding dengan Aliong Mus, TaufikMadjid atau Beny Laos ibaratnya “Sang kakak dan adik”.
Untuk ukuran putra Tidore, Basri Salama menyalip 3 atau bahkan 4 generasi di atasnya. Lapisan pertama bertengger nama seperti “Jo Ou” Sultan Tidore, Ali Ibrahim, Ahmad Hatari (kapasitas Cagub), lapisan kedua ada sang politisi-intelek (Ko Malik Ibrahim), Ko Ishak Naser sang politisi “hebat nan tangguh”, dan juga budayawan-beken (Ko Sofyan Daud). Basri masih berada dilapisan jauh dibawahnya.
Namun saya menyadari filosofi “Tua itu bukan hanya soal umur, tapi bisa karena ilmu, pengalaman atau juga karena keahlian”. Seseorang bisa saja secara umur boleh tua, tapi mungkin dari ilmu dan pengalaman masih muda, bisa jadi seseorang itu muda secara umur, tapi secara mental telah matang.
Saya lupa kalau Basri Salama adalah mantan senator termuda Maluku Utara di Senayan. Bahkan saat ini punya 1 fraksi penuh di DPRD Propinsi Malut. Itulah awal niat Cawagub yang Ia sampaikan kepada saya. Sebagai orang yang pernah mendampinginya dalam ajang Pilkada Kota Tidore di akhir tahun 2020, tentu saya turut “bangga”, dalam hati saya bergumang, “ternyata bintangmu masih tetap bersinar di jagat langit Maluku Utara Bas”.
Politik adalah dunia yang kadang ambigu, kadang hitam,putih, kadang abu-abu. Sebagai insan politik, kadang kita tak punya keberanian untuk menyatakan hendak memilih siapa.Kita simpati pada seseorang kandidat, namun kita tak berani mengungkapnnya secara terbuka. padahal dalam sistem demokrasi tidak terlarang ketika seseorang mengekpresikan pilihannya.
Bulan depan 27 November 2024 pencoblosan akan di gelar. Saya secara pribadi telah menjatuhkan dukungan pada MK-BISA. Namun saya tak pernah memaksa keluarga saya (Ibu, adik, kakak dan saudara terdekat) untuk ikut pilihan saya, saya junjung dan hargai preferensi pilihan mereka masing-masing.
Tetapi saya berharap orang-orang akan sama pilihan dukungannya dengan saya. Semoga Pilkada 2024 ini bisa memenangkan MK-BISA. Seteleh tiba Ternate (dari Jakarta)dan membaca situasi, rasanya saya mesti turun gunung. Saya harus mengabarkan pada rakyat Maluku Utara bahwa MK-BISA adalah pilihan terbaik untuk Maluku Utara.
Secara “genealogis” (trah) dan simbol yang melekat pada diri saya, dengan mengambil pilihan ini sungguh tidak mudah atau tanpa kontrofersi. Tapi sebagai seorang “akademisi” yang rasional, saya memahami bahwa kepemimpinan adalah hal universal yang siapapun memiliki hak. Kepemimpinan bukan hanya soal “berdan dan gagah dan disukai rakyat bak artis sinetron”. Kepemimpinan adalah kemampuan menggerakan orang bekerja sesuai kapasitasnya masing-masing.
Kepemimpinan adalah kualitas yang hadir pada mereka yang memiliki visi kuat, serta menggerakan semesta di sekelilingnya untuk mendukung semua visi tersebut. Dalam subyektivitas sebagai pribadi, saya melihat ada beberapa kemampuan yang sangat menonjol pada diri sosok Basri Salama :
Pertama, Kemampuan memahami problem dasar yang dihadapi Maluku Utara dan sekaligus punya solusinya, dan ini di topang dengan kecerdasan dalam merasionalisaikannya sehingga bagi yang mendengarkannya terasa logis alias masuk akal
Kedua, Kemampuan menyederhanakan masalah yang bagi orang lain terlihat sulit, tapi bagi Basri Salama sangat mudah, dengan menggunakan artikulasi dan argumen yang sangat logis. Siapapun mendengar Basri ketika bernarasi atau mengurai sebuah masalah sangat mudah mencernanya apalagi di kalangan masyarakat biasa.
Ketiga, Kecerdasan Linguistik. Dalam hal penggunaan bahasa Tidore yang baik dan benar, dalam forum-forum kampanye dan pertemuan terbatas dengan warga Tidore, Basri dikenal memiliki kemampuan berbahasa di atas rata-rata untuk ukuran generasinya. Dan ini di akui oleh Ustadz Dr. Muhammad Kasuba, saat pelepasan MK-BISA di Tidore, Beliau sempat berbisik kepada saya “Basri sangat hebat ya…pakai orang tua–tua Tidore pe bahasa”.
Keempat. Ahli debat dan orator ulung. Basri Salama memiliki kemampuan debat dalam forum-forum diskusi manapun, tidak pernah gentar diundang dalam forum-forum debat, basis argumentasinya sangat kuat, ditopang dengan data dan kemampuan menyederhanakan masalah dengan bahasa yang lugas dan tajam, dengan ulasan narasi yang begitu solid. Lihat bagaimana Ia mematahkan dan membungkam Dr. Margarito Kamis saat debat di Joung Cafe beberapa waktu lalu
Selain itu, Basri punya kemampuan membakar semangat pendukung dan massa di lapangan, dengan gaya agitasinya yang bisa menghipnotis lautan massa. Dengan intonasinya yang tetata logis dan solid ia mampu menjadi magnet bagi lautan manusia.
Atas dasar tersebut, Saya konsisiten mendukung MK-BISA. Basri Salama adalah “ikon” anak muda Maluku Utara yang melesat “bak meteor” dalam kancah pilgub Malut.Stigma sebagai spesialis Jendral (ketua tim sukses) di ajang pilgub hilang. label sebagai sosok yang selalu menyukseskan kandidat di ajang Pilgub terhenti, dan kali ini Basri Salama sebagai “Pengantin” atau reel sebagai calon CAWAGUB.
Saya tidak menutup mata, kalau penilaian minor soal Basri Salama, misalnya : sebagai kandidat kadang masih bergaya sebagai ketua tim sukses, one man show, bagi yang tidak mengenalnya secara dekat “kepribadiannya” agak rumit, tidak mudah ditebak isi hati dan pikirannya, ada sisi mesteriusnya, “ten gai”, atau gestur fama-fama tede(membusung dada),yang kadang diartikan sombong, merasa pintar sendiri. Tapi dibalik itu sesungguhnya menunjukkan seorang pemimpin bukanlah malaikat. Ia adalah manusia biasa yang memiliki keterbatasan dan kelebihan,
Bagi saya persoalan yang penting adalah sikap “open mind” atau terbuka pada gagasan-gagasan lain jika masuk akal dan logis. Basri Salama bukan politis muda yang menghadapi jalan mulus dan datar, dia menghadapi jalan yang tak mudah, serta penuh duri-duri. Dia harus melalui jalan berliku,jatuh dan bangun dalam karier politiknya.
Basri Salama adalah pria yang masuk kategori “Man of Action”. Untuk maju dalam Pilkada Tidore akhir 2020 lalu bersama saya, dia mempersiapkan konsep dengan matang. Dia mulai dengan membuat satu dokumen tebal berjudul “Menuju Tidore Hebat”.
Dokumen ini memuat intisari pemikiran, konsep, dan strategi pembangunan yang akan dijalankannya jika terpilih. Barangkali, ini konsep paling lengkap dan mendalam yang disiapkan seseorang yang hendak masuk arena pemilihan kepala daerah. Sayang sekali, dia tidak bisa menerapkan semua konsep itu karena belum diberi wewenang menjadi Walikota saat itu.
Akhirnya secara lebih luas, ada sebuah pertanyaan yang menggelantung pada diri saya, akan kah Basri Salama putra “Surumalao Tidore” akan memecahkan “mitos” sebagai sosok anak muda Tidore pertama yang akan menjadi WAKIL GUBERNUR Malut 2024-2029 ?, itu menjadi rahasia yang telah tercatat di “Arsy” nya Tuhan.
Yang jelas, Basri Salama telah menginspirasi anak muda Tidore dan Maluku Utara umumnya bahwa “tidak ada yang tidak mungkin, jika punya tekad yang kuat untuk meraih apapun”. Basri SaIama telah meretas jalan bagi anak muda Maluku Utara untuk masuk di kancah panggung nasional sebagai Senator di Senayan, dan dengan itu telah memantik Hasby Yusuf (Putra Tomalou Tidore) yang saat ini mengikuti jejak Basri Salama (dan Jou Ou) sebagai Anggota DPD-RI2024-2029.
Saya berharap saat ini, atau suatu masa kelak, muncul anak-anak muda Tidore dan Maluku Utara umumnya yang juga bercita-cita dan berproses untuk diorbitkan di berbagai lini, baik eksekutif, legislatif dan yudikatif atau bahkan diberbagai bidang lainnya untuk memberikan kontribusi terhadap negeri ini. (Wallahu A’lam Bishawab).
Catatan : Cukup sekian, maaf kalau ada yang terasa kurang berkenaan. {“}.