oleh

Teaterikal Gibran Tunai Petaka

-HEADLINE-116 Dilihat

Lihat mimik wajah Mahfud yang terpampang di kamera. Terlihat begitu tampak menahan marah. Rasa marah yang tertahan kemudian keluar dengan kata-kata: “ini pertanyaan recehan, gak perlu saya jawab”. Ketika moderator mempersilahkan Mahfud untuk meneruskan tanggapannya di sisa waktu yang masih ada, menkopolhukam Jokowi ini dengan tegas mengatakan: “tidak perlu saya jawab”.

Sungguh sebuah tontonan yang membuat publik terkejut. Sebuah tontonan yang memalukan dan memilukan. Tak menyangka tindakan tidak layak seperti itu bisa dilakukan oleh seorang seirang cawapres. Apalagi, itu di lakukan di depan kamera yang ditonton puluhan juta orang. Di acara resmi debat cawapres. Meski Gibran adalah anak presiden dan Mahfud adalah menteri yang ditunjuk oleh bapaknya, tapi tidak ada hak dan kepantasan untuk mempermalukan seorang profesor dan tokoh NU ini di depan publik. Dalam hal ini, posisi Gibran adalah cawapres. Satu level dengan Mahfud. Bukan sebagai anak presiden.

Baca Juga  Peduli Pekerja, Hj.Ike Masita Tunas, S.Sos.M.Si, Ketua SP KEP SPSI Malut : Perusahan Harus Cairakan THR Mulai H-7 Lebaran

Andai saja Gibran merespon dengan kalimat: “mohon maaf Prof Mahfud. Bukan itu yang saya maksud. Mungkin Prof Mahfud agak salah paham dengan pertanyaan yang saya ajukan. Ijin, kalau boleh saya ulang lagi pertanyaan saya Prof….” Kalau kalimat ini yang disampaikan Gibran, maka akan luar biasa. Tapi sayang…,

Publik mulai menebak-nebak kenapa Gibran bisa bertindak sefatal itu. Ada yang mengkaitkannya dengan masa pertumbuhan dalam hidup Gibran. Mungkin karena ia sejak kecil hidup dalam privillage sang ayah yang karirnya sangat bagus. Gibran jadi anak walikota dua periode, anak gubernur hingga anak presiden dua periode. Mereka yang terbiasa hidup dari kecil dengan keistimewaan, maka cenderung suka-suka dalam bersikap. Ahli psikologi-lah yang punya otoritas untuk menjelaskan hal ini.

Baca Juga  Bangun RSUD Tipe C di Taliabu dan Hal-Tim, Warga : Terimakasih Pak Presiden Prabowo

Beberapa kali Gibran menyinggung contekan Muhaimin. Tidak sampai di situ, Gibran juga tiga kali menyebut nama Tom Lembong. Orang yang oleh Gibran dianggap sebagai mentor Muhaimin dalam debat. Seolah Gibran ingin memberi kesan: “meski telah kau ajari, Muhaimin tidak bisa melawanku”.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *