oleh

Di Terminal Rum,Otokritik itu “Berharga” 2000 Rupiah [Part 70].

-OPINI-426 Dilihat

Di Maluku Utara,mayoritas penganut agama yang mengajarkan betapa pentingnya hidup,hingga ada ungkapan bahwa kebersihan adalah sebagian dari pada iman.Tidak hanya di tataran kebersihan “fisik”,para ahli hakikat memandang bahwa “bersih diri” secara hakikat adalah syarat paling utama dari tahapan menyingkap tirai ilahiah.Tentu ini menjadi pemandangan yang paradoks dari prilaku keberagamaan kita,antara di “baca” dan di wujudkan dalam bentuk prilaku hidup.

Jadi salahnya di mana???saya cenderung berpandangan bahwa ini soal mentalitas dan prilaku.Kita sepertinya beranggapan bahwa yang namanya fasilitas publik adalah fasilitas banyak orang,tidak ada pemilik tunggal.Makanya,kita cenderung berprilaku seadanya karena itu bukan tanggung jawab kita.Sulit di temukan ada mentalitas dan prilaku yang menggejala bahwa urusan publik adalah urusan kita semua.Bahkan hingga ke kesadaran paling dasar bahwa jika ada fasilitas publik yang tidak di jaga,bisa-bisa membuat keluarga saya kerepotan saat membutuhkannya di lain waktu,toilet tadi misalnya.

Baca Juga  Amnesti Prabowo kepada Hasto dan Abolisi Tom Lembong Sudah On the Track

Untuk kedua kalinya,saya menulis dengan memberi contoh mentalitas dan prilaku hidup bersih masyarakat Jepang,meski ini sesungguhnya hanya mengobral kekurangan bahkan kebodohan.Masih ingat sisi lain event Piala Dunia terakhir kali yang viral lalu???apalagi kalau bukan suporter Jepang yang dengan suka rela membersihkan sisa sampah di stadion usai menonton tim nasionalnya.Ironisnya,ini di lakukan saat tim kesayangan mereka kalah saat itu.Bisakah hal begini terjadi di sini???hampir mustahil.Lucunya,ada penonton sepakbola di sebuah event di sini yang mencoba meniru prilaku suporter Jepang tadi.Bukan mimpi???Tidakkah semestinya mereka yang meniru kita,karena hampir semua variabel dasarnya kita miliki termasuk anjuran dari ajaran agama yang mayoritas kita anut???

Baca Juga  Dalih Jokowi Tunjukkan Ijazahnya Di Pengadilan, Tidak Pernah di Penuhi

Berhentilah sebentar untuk berpandangan bahwa itu sudah menjadi urusan yang berwewenang,pemerintah dan lain-lain.Jika begini terus mindset yang di bangun maka tak ubahnya kita sepakat bahwa kita berhak untuk tidak merawat atau bahkan mungkin turut merusak fasilitas publik di sekitar kita,yang di bangun dari pajak yang kita bayar,apalagi ini toilet,tempat orang “mengekspresikan” dan menyalurkan sebagian kebutuhan paling privasinya.Betapa kita tidak bertenggang rasa.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *