oleh

Di Terminal Rum,Otokritik itu “Berharga” 2000 Rupiah [Part 70].

Iklan.

Di Jum’at sore pekan kemarin,saat hendak menyeberang ke Ternate,saya kepergok teman saya,seorang ibu paruh baya di depan pintu masuk fasilitas toilet di terminal penumpang pelabuhan Rum-Tidore.Dia,yang sebelumnya berjualan di pelataran terminal ini bertutur bahwa sedang menjaga toilet,dan sudah berbayar alias tidak gratis lagi,saat saya menanyakan kenapa nongkrong di situ di waktu begini.

Baca Juga  Kejujuran Sang Presiden Ksatria

Memang,sejak beroperasinya terminal ini usai di rehabilitasi berat,kondisi toilet di sampingnya tak lama bertahan.Saya pernah beberapa kali hendak menggunakan tetapi mendapati kondisinya yang tak layak pakai.Beberapa fasilitasnya bahkan terlihat rusak termasuk air di krannya yang tak lagi jalan.Pengguna lainnya mungkin pernah mengalami hal sama.

Malam tadi,di sebuah WAG,saya membaca berita di sebuah media online,apa yang saya temui kemarin itu,soal toilet yang berbayar.Di sebutkan tarif per sekali masuk 2000 rupiah.Di sinyalir juga bahwa tarif yang tertagih ini tidak masuk ke kas daerah sebagai pendapatan asli daerah [PAD].

Baca Juga  Video Hasto, Apakah Pepesan Kosong?

Di silang pendapat mengomentari berita ini,saya berkomentar bahwa biar saja di tagih [mungkin untuk sekedar biaya pembersihan] karena warga kita memang tidak terbiasa secara mandiri menjaga fasilitas publik.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *