Bagaimana proses sampai foto udara ikonik itu bisa terpampang di lembaran uang kertas Rp.1000 itu diungkapkan H.Thaib Armaiyn, mantan Gubernur Maluku utara dua periode kepada media ini.
Dikisahkan oleh H.Thaib, kala itu sekitar tahun 1986, saat masih menjabat Sekertaris Daerah Kabupaten Maluku Utara, ia menerima sepucuk surat dinas dari PT.Perum Peruri, perusahan percetakan uang republik Indonesia yang meminta foto-foto dari Maluku Utara yang memiliki nilai estetika dan sejarah Maluku Utara.Pas momentumnya, saat itu sedang viral foto udara yang diabadikan oleh Adam, salah satu wartawan .Oleh H.Thaib Armaiyn, foto udara ini memiliki nilai sejarah Maluku utara yang sangat kuat dan memiliki nilai estetika yang sangat tinggi.
”Dapat surat resmi dari PT.Perum Peruri, perusahan percetakan uang, minta foto yang punya nilai sejarah Maluku utara, nah pas saat itu lagi populer foto udara dengan pemandangan pulau Tidore, pulau Maitara dan Pulau Ternate yang diabadikan oleh Adam, jurnalis”tuturnya mengisahkan.
Pilihan pada foto itu menurut mantan Sekertaris daerah pertama Provinsi Maluku utara itu memiliki 3 nilai sejarah yang sangat kuat dalam menandai sejarah Moloku Kie Raha atau Maluku Utara yakni ada pelabuhan Rum, kota Tidore sebagai pelabuhan pertama di Maluku Utara yang disinggahi penjajah Portugis, ada pulau Maitara sebagai tapal batas dua kerajaan yakni kerajaan Tidore dan Kerajaan Ternate dan ada Cingkeh Avo di pulau Ternate, pohon cingkeh tertua di dunia yang menjadi cikal bakal tanaman cingkeh di dunia.
Komentar