Seorang penguasa, termasuk Prabowo, tidak ingin ada matahari kembar. Matahari yang berpotensi menjadi pesaingnya. Semua pesaing, pasti akan ditenggelamkan. Termasuk Jokowi? Pasti.
Kekuatan Jokowi di lingkungan usaha mulai dipreteli. PIK-2 yang dijadikan PSN oleh Jokowi, dihajar Prabowo. Para pengusaha pun “terpaksa” merapat ke istana. Setelah merapat, otomotis mereka akan mengubah arah kiblatnya. Semula berkiblat ke Solo, sekarang beralih ke Hambalang. Ini sudah seperti hukum alam. Pengusaha akan selalu berkiblat ke penguasa. Siapapun penguasanya. Ketika penguasa berganti, berganti pula kiblat mereka. Adaptasi seperti ini “hukumnya wajib” karena untuk menyelamatkan bisnis mereka.
Bukan hanya PIK-2. Pertamina juga disikat. Semua geng Pertamina yang dulunya menghadap ke Solo, sekarang berubah arah. Diawali dengan dirut yang diganti. Para direksi dan pihak swasta yang selama ini menjadi pengendali bisnis pertamina, sudah jadi tersangka. Jumlahnya 9 orang. Cukup ! Kalau jumlah tersangka bertambah, bolanya akan liar. Sasarannya bisa kemana-mana. Kelas kakap semua. Big bos bisnis dan big bos politik.
Pengendali bisnis pertamina segera diganti oleh orang-orang yang berada di lingkaran kekuasaan. Para pengusaha bilang: sedang terjadi “pergantian ketua kelas”. Maksudnya, ganti pemain bisnisnya.
Bagaimana para pimpinan lembaga dan institusi negara, juga para menteri yang selama ini dikenal sebagai orang-orangnya Jokowi? Ini hanya soal waktu. Tiba waktunya resuffle kabinet, semua akan diganti. Tentu secara bertahap. Sebelum mereka diganti, kewenangannya dipreteli dulu. Menteri BUMN misalnya, otoritasnya sudah berkurang jauh. Coba anda cek.
Semua orang tahu kalau Erick Tohir itu orangnya Jokowi. Di belakang Erick Tohir, ada Boy Tohir. Dua bersaudara ini punya perusahaan holding yang sangat besar dan usahanya merambah proyek-proyek besar yang berkaitan dengan kebijakan negara. Apakah mereka terlibat di kasus pertamina? Entahlah.
Tidak hanya Erick dan Boy Tohir. Publik sekarang juga membicarakan Bahlil yang cium tangan Gibran. Tapi tidak ke Prabowo. Padahal, Prabowo presiden dan usianya jauh lebih tua. Saat itu, Prabowo dan Gibran sedang bersama. Kata orang Jawa: “Ora Sopan Banget”. Tapi, saya tidak sedang membicarakan soal etika. Saya hanya ingin capture peristiwa ini dari sisi politik. Bahwa apa yang dilakukan oleh Bahlil menunjukkan sikap politiknya. Dan Prabowo tahu itu. Prabowo juga tahu siapa saja pejabat yang loyal kepada dirinya, dan siapa saja yang masih berpikir Jokowi persidennya.
Komentar