Bertepatan sebuah event sepakbola di Tidore,saya pernah menulis catatan pendek di Facebook.Pesan pokoknya,kampung yang punya sejarah dan masa lalu sebagai “gudang” pemain potensial maupun prestasi kala itu.Saya menyebut beberapa nama kesebelasan yang saya maksud tadi : Poram Mareku,Ome Putra dan Soasio Remaja.Kita memulai untuk memberi porsi lebih pada mereka sebagai lokomotif untuk menggerakannya dengan menyediakan fasilitas yang cukup.
Maksud tulisan itu,sekedar memberi pandangan bahwa sekecil apapun nilai sebuah “investasi” sumber daya,harus di perhitungkan secermat mungkin.Fakta bahwa hampir semua kampung yang punya potensi lahan,berpikir mau buat lapangan bola kaki adalah alasan keresahannya.Apalagi jika kegiatan dari “keinginan” itu,tak swadaya atau katakanlah harus berharap ada intervensi pemerintah daerah.
Kita,mungkin perlu berpikir untuk memberi batasan dan klasifikasi event olahraga khususnya sepakbola,biar kelihatan sedikit ada kreatifitas.Perlu di bedakan mana event profesional,pembinaan prestasi di level usia dan sekedar cari keringat,sehingga tidak terjadi fakta bahwa event yang seharusnya di dorong karena punya kontribusi ekonomi misalnya,bagi daerah,justru kalah “perhatian” dari tetek bengek cari keringat tadi.Sebab apapun itu,kita punya sumber daya pembiayaan daerah yang terbatas di tengah banyak prioritas yang harus di dorong.
Ada fakta kebiasaan masyarakat kita yang sebetulnya perlu ada tindakan edukasi untuk berpikir yang lebih produktif,apalagi itu berkhaitan dengan “belanja” sumber daya.Juga membedakan mana sesungguhnya kebutuhan dan mana sekedar keinginan.Kita butuh makan sebelum main bola kaki.
Komentar