Konsep kepemimpinan profetik menjadi diskursus kepemimpinan yang aktual.Issu ini menjadi atensi global sebagai gagasan solutif kepemimpinan bangsa terutama di negara-negara yang populasi penduduknya mayoritas muslim.
Kaum intelektual moderat dan pergerakan mulai tumbuh kesadaran politik akan konsep kepemimpinan kenabian yang sejarahnya mencerahkan umat manusia, humanis, egaliter dan Justice harus direkonstruksi sesuai semangat perkembangan zaman.
Seiring, kepemimpinan profetik sebagai antitesa terhadap model kepemimpinan demokrasi liberal yang kapitalis dan oligarkis yang dehumanisasi dan elitis telah mematik pencarian model kepemimpinan profetik yang empatik, respek, Justice dan merakyat.
Rasa jenuh terhadap sistim kepemimpinan liberal yang bebas nilai, mendekandensi moral dan budaya bangsa serta semakin tumbuhnya kesadaran progresif populis ikut menyemai tuntutan kepemimpinan profetik.
Dalam konsep kepemimpinan Profetik, model kepemimpinan Rosulullah Muhammad Sollallahualaihi wassalam menjadi rujukan.
Perkembangan menunjukan, Model pendekatan kepemimpinan profetik berbeda disetiap negara.Di negara-negara muslim dengan sistim demokrasi -nasionalis-, kepemimpinan profetik dielaborasi secara aktual dan praksis.
Di Indonesia, kepemimpinan profetik dalam praktek ditandai dengan pengadopsian nilai-nilai religuisitas secara sistematis sehingga pelaksanaan kebijakan pemerintahan senafas dengan nilai-nilai Islam yang dianut mayoritas penduduknya.
Transformasi kepemimpinan itu berjalan sukses karena selain kemanfaatan juga sejalan dengan nilai Islam -Sunnah- yang universal dengan nilai konstitusi dasar dan Pancasila.Manifestasi Nilai Islam yang universal akan senafas dengan nilai-nilai Pancasila.Keduanya simbiosis mutual dan saling menguatkan, Bahwa, seseorang yang memiliki pemahaman yang kuat dan ketaatannya Islam dengan sendirinya berlaku sebagai seorang Pancasilais.
Nilai ketauhidan sebagai puncak dari iman Islam termanifestasikan dalam sila utama Pancasila yakni sila ke 1 Ketuhanan Yang Maha Esa yang menjiwai seluruh sila Pancasila.nilai Islam sangat menekankan sikap adil, beradap, empatik, respek kepada sesama manusia tanpa mengenal suku agama dan ras serta kelompok kepentingan itu sejalan dengan sila ke tiga Pancasila kemanusian yang adil dan beradap, Islam menekankan ummat yang satu yang sesuai sila ke tiga Pancasila persatuan Indonesia, dan Islam juga sangat menekankan pendekatan musyawarah dalam menyelesaikan setiap persoalan kepentingan sebagaimana spirit sila ke empat Pancasila yakni kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan permusyawaratan perwakilan, selanjutnya Islam sangat menekankan sikap adil bagi semua golongan sebagaimana sila ke lima keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Bagi pendukungnya, kepemimpinan profetik akan membangun pemerintahan yang progresif populis, menghasilkan masyarakat religuis, humanis, demokratis, memproduk masyarakat yang jujur, santun, empatik, respek.
Komentar