oleh

Ada “Cap Tikus” di Grup WA.(Part 19).

-OPINI-12 Dilihat

Latar ini,yang sering membuat grup ini punya perspektif yang agak utuh dalam melihat masalah ataupun sesuatu isu yang sedang menggelinding.Nama-nama seperti Darsis Humah [saya kerap menyebut beliau Kapita Toloko untuk menganalogkan levelnya],Saiful Bahri Ruray,Ade Adam Noh,Moksen Sirfefa,Ishak Naser,Faisal Jalaludin,Syarifudin Usman,Rahmi Husen hingga Hasby Yusuf,ada di sini.Tak lupa,Nur Sangadji,seorang putra Mareku yang yang kini dosen di Universitas Tadulako,Palu.Tak ketinggalan,pengasuh rubrik kolom di media Forum Keadilan.Demikian untuk menyebut beberapa saja anggotanya.Sebagai WAG “insan akademis”,hampir semua gelar akademik ada di sini,baik level maupun disiplin ilmunya,S1 hingga S3 bahkan Profesor,”Paten”,bukan Honoris Causa [HC].Dari sarjana Agama hingga Tekhnik Perkapalan,sarjana Pendidikan hingga Sosial Politik.Sebuah grup yang nyaris lengkap.Dan karena “nyaris” tadi,maka sesuatu hal yang di diskusikan,sulit di temukan simpulnya.Dan memang,tidak di maksudkan ada kesimpulan di sini.Masing-masing berkesimpulan sendiri,namanya saja insan akademis.

Baca Juga  Mampukah Konsolidasi 11 Tokoh Gagalkan PIK-2?

Kemarin[15/03],usai mendiskusikan tema “berat”,tiba-tiba ada teman yang iseng memposting soal “Cap Tikus”,minuman tradisional di beberapa daerah di Indonesia,khusus Indonesia Timur.Sudah saya duga,ini pasti “heboh”.Tak salah,beragam tanggapan pun bermunculan.Mulai dari berita untuk jadi “pembanding”,pengalaman pribadi bersentuhan soal ini hingga ada yang sengaja memposting foto daftar isi sebuah buku hasil riset seluk-beluk Cap Tikus di sebuah daerah tetangga.Saya sontak mengingat kata-kata Widyaiswara saat diklat PIM ll di kampus PKP2A-Il LAN Makassar 2012 lalu.Saat suasana kelas jadi ramai dengan tema obrolan yang ngelantur bak Pasar,sambil senyum-senyum,sang Dosen ini berujar bahwa orang dewasa jika bertemu orang dewasa,jadi anak-anak.Kata-katanya ini sering saya ingat ketika menemui suasana yang sama di mana saja.

Baca Juga  TAMBANG KONGLOMERAT dan PETANI KONG MELARAT, PRABOWO KEMANA

Lanjut,saya nimbrung “baku sedu” di tema Cap Tikus tadi : dulu ketika minuman keras,sebutan untuk minuman berkadar alkohol tinggi,belum Top dan bagi yang “mencicipi”nya seolah jadi simbol “modernitas”,pernah ada minuman berbotol plastik yang namanya Anggur Beranak bermerk Colesom yang di rekomendasikan untuk ibu-ibu yang baru melahirkan.Takarannya pun di atur dengan gelas kecil yang tenar dengan Sloki.Tapi apa mau di bilang,minuman yang katanya buat untuk ibu melahirkan ini justru laris manis dan jadi langganan anak-anak muda yang relatif seusia saya ketika itu di tahun 1980-an.Untung saja frekuensi dan waktu melahirkan ibu-ibu itu tak menentu,sesuai usia kehamilan,kalo tidak,bisa jadi masalah baru lagi.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *